Desa Kete Kesu Tana Toraja dan Daya Tariknya

Jalan-jalan ke Sulawesi Selatan jangan lupa mampir ke Cagar budaya adat Toraja di Desa Kete Kesu Tana Toraja, ya!

Desa Kete Kesu Tana Toraja dan Daya Tariknya

Desa Kete Kesu adalah sebuah desa tradisional sekaligus cagar budaya adat Toraja yang belakang menjadi perbincangan para wisatawan. Sejarah Kete Kesu Tana Toraja terbilang cukup menarik untuk diulik.

Berlokasi di Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, desa Kete Kesu Toraja termasuk desa yang paling tua di kawasan Sanggalangi. Desa ini bahkan telah berusia hingga 400 tahun. 

Tak heran jika desa ini tampak seperti sebuah museum hidup. Pasalnya, wisatawan yang berkunjung ke sini akan melihat berbagai tradisi unik yang masih dijalankan masyarakat Tanpa Toraja.  

Akses semua konten di seluruh dunia tanpa batasan, tanpa perlu takut datamu dicuri, dengan Moove VPN.

Desa Kete Kesu Tana Toraja dan Daya Tariknya 

Desa Kete Kesu adalah sebuah desa wisata yang menawarkan pengalaman menarik menjelajahi perkampungan tradisional Tana Toraja. Sejak pertama kali didirikan, desa ini disebut-sebut tidak pernah berubah sedikit pun.

Ada banyak hal menarik yang bisa kamu temui di desa cagar budaya adat Tana Toraja ini, antara lain.

Melihat dari dekat Rumah Adat Tongkonan

Rumah adat tongkonan
image by hans.sihotang on instagram

Hal menarik pertama dari desa Kete Kesu adalah rumah adat Tongkonannya yang masih kokoh berdiri. Kamu akan disambut deretan enam rumah Tongkonan yang rapi berjajar menghadap ke arah utara serta upacara sambutan tamu dengan adat rambu solo. Dimana ini merupakan sebuah upacara kematian. 

Rumah adat tersebut diperkirakan telah berusia 300 tahun lebih dan tampah masih sangat kokoh. Bahkan, rumah adat ini masih ditempati oleh sekitar 20 keluarga. 

Di desa Kete Kesu Tana Toraja ini terdapat enam rumah Tongkonan yang berdiri sejajar mengarah ke Utara dan berhadapan dengan sebuah lumbung padi atau ‘Alang Sura’.

Setiap rumah Tongkonan akan dihiasi dengan ukiran cantik dan deretan tanduk kerbau sebagai penanda dari seberapa pemilik rumah menggelar upacara adat sekaligus strata sosialnya di masyarakat.

Disebutkan bahwa hanya seseorang yang memiliki keturunan bangsawan saja yang diperbolehkan membangun rumah Tongkonan tersebut. 

Sementara, masyarakat pada umumnya tinggal di bangunan rumah yang jauh lebih sederhana dan berukuran kecil yang desainnya tidak terlalu rumit sebagaimana rumah Tongkonan. 

Rumah Tongkonan ini sangat khas dengan atapnya yang melengkung ke atas layaknya perahu. Proses pembuatannya pun tidak bisa dilakukan sembarangan, melainkan dibantu seluruh anggota keluarga. 

Rumah Tongkonan yang ada di desa Kete Kesu Toraja pertama kali dibuat dari abad 17. Kini, rumah adat tersebut telah diubah sebagai museum yang berisi berbagai benda bersejarah. Dari mulai patung, keramik Tiongkok, parang, belati, hingga bendera yang pertama dikibarkan di Tana Toraja. 

Museum tersebut pun membuka workshop juga untuk para wisatawan yang tertarik untuk melatih keterampilan dalam membuat kriya berbahan bambu. 

Menyusuri pemakaman adat kuno 

Pemakaman kuno cagar budaya adat Toraja
image by k_yuniarco on instagram

Masih di kawasan desa Kete Kesu Toraja, tak jauh dari rumah Tongkonan, terdapat batu menhir yang berada di tengah lahan sawah yang digunakan sebagai jalan untuk menuju ke sebuah bukit karst yang dinamakan Buntu Kesu. 

Tempat tersebut merupakan situs makam kuno berusia sekitar 700 tahun. Di jalur yang menuju ke arah bukit yang ada di belakang desa. Disana terlihat banyak sekali tulang dan tengkorak manusia yang berserakan. Sebagian diantaranya menumpuk dalam suatu bejana.  

Di sisi tebing bukit tersebut terdapat sejumlah lubang yang dipergunakan untuk mengubur mayat. Di dalam tradisi masyarakat setempat, seseorang yang memiliki darah keturunan bangsawan maka akan dimakamkan di bagian lubang yang tinggi. Sementara orang biasa hanya akan dikuburkan di bagian kaki bukit. 

Selain itu, dipercaya semakin tinggi seseorang dikubur, jalannya menuju ke surga akan semakin dipermudah.

Masyarakat Toraja sendiri memiliki tiga cara dalam menyimpan jenazah keluarganya. Peti mati atau erong akan diletakkan di rumah batu berukir, di goa, atau digantungkan pada tebing. Untuk bentuk erongnya sendiri ada yang berbentuk hewan baik babi atau kerbau dan juga bentuk seperti rumah tongkonan.

Beli oleh-oleh khas 

Kete Kesu adalah
image by visittoraja on instagram

Masyarakat Desa Kete Kesu Tana Toraja dikenal sebagai seniman pengrajin ukir terbaik. Mereka sangat terampil dalam membuat ukiran dari bahan bambu maupun batu diukir, baik dengan desain geometris maupun abstrak.

Kamu bisa menjadikan ukiran khas Tana Toraja ini sebagai souvenir atau oleh-oleh untuk dibawa pulang. Selain itu, ada pula banyak souvenir menarik lainnya, seperti hiasan dinding, perhiasan, senjata tradisional, tatakan gelas, dan sebagainya. Harga oleh-oleh tadi juga bervariasi dari yang harganya murah meriah hingga jutaan rupiah.

Menikmati keindahan alam desa

Desa Kete Kesu
image by yoyon.e.p on instagram

Selain melihat-lihat situs purbakala lebih dekat, pemandangan desa di cagar budaya adat Toraja ini juga tak kalah menarik, lho. Berada di daerah yang memiliki ketinggian 800 meter diatas permukaan laut, desa Kete Kesu Toraja memiliki suasana panorama alam yang eksotik.

Tentu saja daya tarik yang utama dari desa adat ini adalah deretan rumah tongkonan dan lumbungnya yang disebut alang. Kamu bisa menikmati lapangan tempat upacara, sawah hingga areal penggembalaan yang masih c

Hutan bambu juga masih bisa ditemukan diantara areal pemukiman dan areal pemakaman. Bambu merupakan bahan utama dalam setiap upacara maupun bahan baku rumah.

Menengok Koleksi yang ada di Museum

Museum desa Kete Kesu toraja
image on Instagram

Di antara deretan rumah Tongkonan, terdapat salah satu rumahnya yang dikenal dengan nama Tongkonan Rura. Saat ini rumah adat tersebut dialihfungsikan sebagai museum  berisi berbagai koleksi benda-benda adat Tana Toraja. 

Dari situ kamu bisa melihat napak tilas sejarah maupun peradaban yang ada di Tana Toraja. Termasuk diantaranya ada senjata tradisional, ukiran hingga gerabah berbahan keramik.

Benda-benda tersebut menjadi sebuah contoh untuk hasil kebudayaan material yang dimiliki Tana Toraja. Tak ketinggalan ada pula ada bendera merah putih pertama yang berkibar di Tana Toraja

Alamat, Jam Buka dan Harga Tiket Desa Kete Kesu 

 

Desa Kete Kesu adalah sebuah destinasi wisata unik dengan adatnya yang kental. Desa wisata ini sendiri berlokasi di Kampung Bonoran, Desa Tikunna Malenong, Sanggalangi, Kabupaten Toraja Utara, provinsi Sulawesi Selatan. 

Untuk memasuki kawasan cagar budaya adat Toraja ini, kamu hanya perlu membayar tiket masuk sekitar Rp 15.000 per orang. Baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Sementara untuk jam buka situs megalitikum ini, buka 24 jam setiap hari. 

Rute Ke Desa Kete Kesu

Untuk menuju ke desa wisata ini, kamu perlu naik pesawat dengan tujuan Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan transportasi darat. 

Kamu bisa naik bus dari kota Makassar dengan arah tujuan ke Rantepao Toraja. Waktu perjalanan yang diperlukan  sekitar delapan jam. Selanjutnya, kamu masih harus berkendara lagi selama satu jam untuk sampai ke tujuan utamanya. Jarak yang ditempuh untuk sampai ke desa ini dari Makassar kurang lebih sekitar 316 Km.

Demikian tadi informasi menarik tentang desa Kete Kesu Tana Toraja. Sebuah desa wisata yang menawarkan pengalaman berbeda, berwisata di cagar budaya adat Toraja sambil belajar peradaban megalitikum yang masih terjaga hingga sekarang.